BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa, karena itu manajemen pendidikan
harus dibenahi. Untuk mencapai hasil tersebut, peran guru sangat diperlukan
karena guru bertanggung jawab untuk mendidik dan membimbing siswanya. Guru
harus dapat mempertahankan minat siswa untuk belajar lebih lama, memantapkan
motivasi mereka karena bagi seorang guru tujuan motivasi adalah untuk memacu
para siswa agar timbul keinginan untuk belajar. Para siswa dibangun semangat
belajarnya, sehingga semangat belajar itu membuat mereka senang dalam belajar.
Dalam
proses belajar yang sering menjadi masalah adalah siswa sering tidak merasa
nyaman dan stres dalam belajar terutama untuk mata pelajaran yang rumit. Hal
ini yang menyebabkan siswa tidak mampu mengembangkan pemikirannya dan hasil
belajarnya pun rendah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan hasil belajar siswa
guru perlu menggunakan metode yang sesuai dengan kesiapan para siswa untuk
dapat menerima teknik. Teknik belajar yang digunakan, di samping itu guru juga
perlu memperhatikan aspek psikologi perkembangannya, kemampuan, keterampilan,
kematangan, kecepatan menangkap informasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan
masalah.
Suatu
kondisi belajar yang optimal dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana
pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk
mencapai tujuan siswa. Pengaturan yang dimaksud bersifat langsung berkenaan
dengan penyampaian materi siswa atau pengaturan manajemen kelas untuk menciptakan
kondisi belajar yang optimal. Dengan kata lain guru perlu menerapkan metode
pembelajaran yang menyenangkan, salah satu di antaranya melalui pembelajaran
metode quantum learning.
Metode
ini berhubungan dengan bahasa dan perilaku sehingga dapat digunakan untuk
menciptakan jalin pengertian antara siswa dan guru dalam proses belajar
mengajar. Dalam belajar guru juga harus mampu mengambil keputusan secara
mandiri, terutama dalam hal yang berkaitan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi. Guru harus mampu bertindak dan mengambil keputusan secara cepat,
tepat waktu, dan tepat sasaran, terutama berkaitan dengan masalah pembelajaran
dan peserta didik. Dalam belajar guru juga hendaknya selalu memberikan pujian
bagi siswa yang menunjukkan usaha yang baik, tidak menyalahkan pekerjaan atau
jawaban siswa secara terbuka sekalipun pekerjaan atau jawaban tersebut belum
memuaskan, menyadarkan siswa tentang pentingnya melakukan kegiatan belajar
untuk kepuasan dan kebutuhan dirinya sebagai modal hidupnya kelak jika dewasa, serta
menciptakan suasana belajar yang memberikan kesenangan pada siswa dengan usaha
lain yang dipandang pantas untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa.
Memang
diakui, mendidik seseorang untuk pintar mungkin terlalu mudah dan bisa
dilakukan oleh siapa saja, tetapi mendidik seseorang untuk mempunyai emosi yang
baik, tidak semua orang bisa melakukannya. Dibutuhkan guru yang sabar, serius,
ulet dan mempunyai semangat yang tinggi dalam memahami dinamika siswa.
Metode
quantum learning sebagai suatu proses pembelajaran yang akrab dan menyenangkan
baik bagi peserta didik maupun pendidik dalam proses pembelajaran. Oleh karena
itu, proses pembelajaran seperti ini sangat memerlukan guru yang menguasai
materi ajar dan mempunyai sikap peramah, bukan pemarah.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat didalam karya
tulis ilmiah ini adalah : “Apa Pengaruh
Quantum Teaching dan Quantum Learning Terhadap Minat Belajar Siswa”
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1
Pendidikan
2.1.1
Pengertian Pendidikan
Makna
pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan.
Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat,
didalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah
sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.
Menurut
buku “Higher Education For American Democracy” dinyatakan sebagai berikut,
education is an institution of civilized society, but the purposes of education
are not the same in all societies. An educational system finds its the guiding
principles and ultimate goals in the aims and philosophy of the social order in
which it function (11:5).[1]
Pendidikan
ialah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat beradab, tetapi tujuan
pendidikan tidaklah sama dalam setiap masyarakat. Sistem pendidikan suatu
masyarakat(bangsa) dan tujuan-tujuannya pendidik didasarkan atas
prinsip-prinsip (nilai-nilai), cita-cita dan filsafat yang berlaku dalam suatu
masyarakat (bangsa).
Menurut
Prof. Rechey, dalam buku “Planning for Teaching, an Indruction to Education”
dinyatakan sebagai berikut, the term “Education” refers to the board funcantion
of preserving and improving the life of the group thorugh bringing new members
into its shared concers. Education is thus a far broader process than that
which occurs in schools. It is an essential social activity by which
communicaties continue to exist. In complex communicaties this function is
specialized and institutionalized in formal education, but there is always the
education outside the school with wich the formal process in related.(12:489)[2]
Istilah
“pendidikan” berkenan dengan fungsi yang luas dari pemelihara dan perbaikan
kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru
(generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan tanggung jawabnya didalam
masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses
yang berlangsung didalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial
yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang kompleks, modern, fungsi
pendidikan ini mengalami proses spesialisi edan melembaga dengan pendidikan
formal, yang tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal diluar
sekolah.
Dari
uraian tentang pengertian pendidikan diatas dapat kita kemukakan kesimpulan
sebagai berikut:
a) Pendidikan
adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dalam
jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rokhani (pikir, karsa, rasa,
dan budi nurani) dan jasmani ( panca indra serta keterampilan-keterampilan).
b) Pendidikan
berarti juga lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan)
pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini
meliputi: keluarga, sekolah dan masyarakat (negara).
c) Pendidikan
merupakan pula hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan
usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Pendidikan dalam arti
ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai satu kesatuan.
2.1.2
Tujuan Pendidikan
Nasional
Secara
makkro pendidikan nasional bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang
bersifat otonom sehingga mempu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk menuju
suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi
sosial yang positif dan memiliki sumberdaya yang sehat dan tangguh.
Secara
mikro pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa beretika (beradab dan berwawasan budaya bangsa
indonesia), memiliki nalar(maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif dan
bertanggung jawab), berkemampuan komunikasi sosial 9 tertib dan sadar hukum,
kooperatif dan kopetitif, denekratis),dan berbadan sehat sehingga menjadi
manusia mandiri.
Acuan
diatas menjadi acuan bangsa indonesia lulusan dari berbagai jenjang pendidikan
memiliki ciri atau profil sebagai berikut.
1. Pendidikan
Dasar
a) Tumbuh
keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
b) Tumbuh
sikap beretika(sopan santun dan beradab);
c) Tumbuh
penalaran yang baik (mau belajar, ingin tahu, senang membaca, memeiliki
inovasi, berinisiatif dan bertanggung jawab);
d) Tumbuh
kemampuan komunikasi atau sosial ( tertib, sadar aturan, dapat bekerja sama
dengan teman, dapat berkomptisi) dan;
e) Tumbuh
kesadaran untuk menjaga kesehatan badan.
2. Pendidikan
Menengah Umum
a) Memiliki
keimanan dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa mulai mapan;
b) Memiliki
etika(sopan santun dan beradab);
c) Memiliki
penalaran yang baik (dalam kajian materi kurikulum, kreatif, inisiatif serta
memiliki tanggung jawab) dan penalaran sebagai penekannya;
d) Kemampuan
berkomunikasi/sosial (tertib, sadar aturan dan perundang-undangan, dapat
bekerja sama, mampu bersaing, toleransi, menghargai hak orang lain, dapat
berkompromi);
e) Dapat
mengurus dirinya dengan baik.
3. Pendidikan
Menengah Kejuruan
a) Memiliki
keimanan dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa mulai mapan;
b) Memiliki
etika (sopan santun dan beradab);
c) Memiliki
penalaran yang baik (untuk mengerjakan keterampilan khusus, inovatif dalam arah
tertentu, kreatif dibidangnya, banyak inisisatif dibidangnya serta bertanggung
jawab terhadap karyanya;
d) Memiliki
kemampuan berkomunikasi atau sosial (tertib, sadar aturan dan hukum, dapat
bekerja sama, mampu bersaing, toleransi, menghargai hak orang lain, dapat
berkompromi);
e) Memiliki
kemampuan berkompetisi secara sehat;
f) Dapat
mengurus dirinya dengan baik.
4. Pendidikan
Tinggi
a) Beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
b) Memiliki
etika (sopan santun dan beradab);
c) Meiliki
penalaran yang baik terutama dibidang keahliannya (berwawasan kedepan yang
luas, mampu mengambil data dengan akurat dan benar,mampu melakukan analisa,
berani mengemukakan pendapat, berani mengakui kesalahan, beda pendapat dan
keputusan mandiri).
d) Kemampuan
komunikasi/sosial (tertib, sadar perundang-undangan, toleransi, menghargai hak
orang lain, dapat nerkompromi)
e) Memiliki
kemampuaan berkompetensi secara sehat, dan
f) Dapat
mengurus dirinya dengan baik.
5. Pendidikan
Luar Sekolah
Meskipun pendidikan
luar sekolah diarahkan untuk keterampilan tertentu dalam berbagai tingkat usia,
acuan seperti pendidikan didalam institusi sekolah secara berjenjang dapat
dirujuk untuk tujuan pendidikannya.
6. Pendidikan
Keluarga
Pendidikan pada
kenyataanya lebih banyak dilakukan di lingkunag rumah dibandingkan dengan
diluar rumah. Sehubungan denganitu perlu pengertian orang tua tentang
peranannya sebagai “guru” di rumah, dan rumah sebagai “sekolah” bagi
anak-anaknya. Dengan demikian pendidikan keluarga lebih ditujukan kepada
masalah keimanan dan ketaqwaan terhadap tuhan Yang Maha Esa, estetika, norma
(baik dan buruk), kemampuan berkomunikasi dengan baik serta cara menjaga
kesehatan tubuh dan dirinya.[3]
2.1.3
Empat Pilar Pendidikan
Pada tahun 1998 UNESCO
telah mencanangkan 4 pilar pendidikan, yaitu learning to know, learning to do,
learning to live together, learning to be. Empat pilar pendidikan tersebut
dipandang sebagai pendekatan belajar yang perlu diterapkan untuk menyiapkan
generasi muda memasuki abad ke-21. Pada hakekatnya, pendekatan belajar yang
telah dikenakan oleh tokoh-tokoh pemikir pendidikan sejak permulaan abad-20.[4]
a) Learning
to know (belajar mengetahui);
Sesuai dengan hakekat
penyerapan ilmu pengetahuan (transfer of learning)
b) Learning
to do (belajar melaksanakan);
Membahas, belajar
aktif, penugasan, meringkas buku dan sebagainya untuk mengembangkan manusia
seutuhnya (active learning)
c) Learning
to live together (belajar hidup bersama);
Perlunya pendidikan
nilai kemanusiaan, moral dan spiritual, yang melandasi hubungan antara manusia,
dengan mengembangkan budaya damai (culture of peace)
d) learning
to be (belajar menjaga diri sendiri).
Menciptakan manusia
terdidik yang mandiri, pecaya diri, memahami dan mengenali diri sendiri (joy of
learning).[5]
2.2
Quantum Learning
2.3.1
Pengertian Quantum
Learning
1. Quantum
Learning didefinisikan sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Artinya semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisik kuantum
energi adalah hasil kali massa dengan kuadrat kecepatan cahaya yang dapat
ditulis dalam bentuk persamaan E :
Mc2. Tubuh kita secara fisik adalah materi. Jadi, sebagai siswa
tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya : interaksi, hubungan,
inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (Reporter, 1999 : 16)
2. Pemercepatan
belajar (accelerated learning) didefinisikan sebagai : “Memungkinkan siswa
untuk belajar dengan pemercepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal
dan dibarengi kegembiraan”. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas
tampak tidak mempunyai persamaan : hiburan, permainan, warna, cara berpikir
positif, kebugaran fisik dan kesehatan emosional. Semua unsur ini bekerja untuk
menghasilkan pengalaman belajar yang efektif (Reporter, 1999 : 14)
3. Quantum
Learning adalah seperangkat metode atau falsafah belajar yang terbukti efektif
untuk semua umur.[6]
2.3.2
Metode Quantum Learning
Quantum
learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan
Bulgaria dengan bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “suggestology”
atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti
mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti
positif ataupun negatif. Beberapa tekhnik yang digunakannya untuk memberikan
sugesti positif adalah mendudukan murid secara nyaman, memasang musik latar
didalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster
untuk memberi kesan besar ssambil menonjolkan informasi, dan menyediakan
guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugesti.
Iistilah
lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestologi adalah “pemercepatan
belajar” (accelerated learning). Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai
“memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan
upaya yang normal, dan diberangi kegembiraan”. Cara ini menyatukan unsur-unsur
yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan, permainan,
warna, cara berfikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun,
semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman yang eektif.
Quantum
learning mencakup aspek-aspek penting dalam program Neurolinguistik (NLP),
yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini
meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk
menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para pendidik dengan
pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk
meningkatkan tindakan-tindakan positif. Faktor penting untuk merangsang fungsi
otak yang paling efektif ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya
belajar terbaik dari setiap orang, menciptakan “pegangan” dari saat-saat
keberhasilan yang meyakinkan. Para pendidik mengetahui penggunaan bahasa yang
positif untuk meningkatkan tindakan positif. Melalui metode ini, juga dapat
menunjukkan gaya belajar terbaik dari setiap orang, sehingga siswa mampu
mengoptimalkan cara belajarnya untuk menjadi pegangan mencapai keberhasilan.
Metode
quantum learning ini mencoba memberikan siswa kebebasan berekspresi dalam
belajar sesuai dengan tipe belajar masing-masing dan memasang musik latar untuk
menciptakan suasana yang santai. Musik sangat penting untuk lingkungan quantum
learning, karena sebenarnya berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologi
kita. Selama melakukan pekerjaan mental yang berat, denyut nadi dan tekanan
darah meningkat. Gelombang otak semakin cepat dan otot-otot menegang, sedangkan
jika dengan musik yang tepat akan mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah
menurun, gelombang otak melambat dan otot-otot relaks (Reporter, 1999 : 72).
Dari
uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa quantum learning merupakan suatu
metode pembelajaran yang menyenangkan dengan berusaha mengombinasikan pekerjaan
mental yang menekankan dengan fisiologi relaks, sehingga siswa merasa gembira
dalam belajar yang nantinya melahirkan pelajar-pelajar yang istimewa.[7]
2.3
Berpikir Kreatif
2.4.1
Pengertian Berpikir
Kreatif
Seorang
yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-coba, bertualang,
suka bermain-main, serta intuitif. Dalam masyarakat kita, kita cendrung
memandang orang-orang tertentu seperti seniman, ilmuan atau penemu sebagai
orang-orang yang misterius hanya saja mereka itu “kreatif”. Walaupun demikian,
semua manusia termasuk peserta didik mempunyai kemampuan untuk menjadi
pemikir-pemikir yang kreatif dan pemecah masalah. Yang diperlukan adalah
pikiran yang penuh dengan rasa ingin tahu, kesanggupan untuk mengambil resiko
dan dorongan untuk membuat segalanya berhasil.
Betapapun
besarnya perhatian terhadap kreativitas, kebanyakan kreativitas terwujud cukup
sederhana. Hal itu hampir-hampir tidak terlihat oleh peradaban, walaupun dalam
beberapa hal kecil telah membuat hidup
kita sedikit lebih nyaman. Berbicara tentang keberhasilan kreatif seperti
menemukan cara untuk menjauhkan semut dari piring makanan anjing, atau mendekorasi
ruang tanpa mengeluarkan banyak uang, atau menemukan cara untuk mendaur ulang
air mandi untuk menyiram tanaman, atau berekperimen dengan kombinasi makanan
yang ada untuk menghasilkan resep baru yang lezat.
Luangkan
waktu sesaat untuk mengingat beberapa situasi dimana berhasil mencapai tujuan
ketika situasinya tampak tidak memungkinkan. Terjatuh, atau terperangkap, atau
terperangkap dalam suatu lingkaran yang tak pernah dimasuki sebelumnya. Tetapi
anda dapat menemukan jalan. Itulah yang disebut dengan kreativitas.
Mungkin
bahwa mempunyai pengalaman menemukan suatu solusi untuk suatu masalah yang
mengganggu dan kenudian mendapatkan pemecahan disebuah toko yang berarti
seorang pengusaha baru saja menggunakan gagagsan yang kita punya beberapa lebih
cepat.
Jika
kita memikirkan tentang setiap contoh anda sendiri, kita menemukan bahwa
solusinya hampir selalu muncul dari pengetahuan yang sudah kta miliki, atau
dari pengetahuan yang kita pinjam dari orang lain seperti adagium lama ,”tak
ada yang baru dibawah matahari.” Yang ada hanyalah versi dan kombinasi baru.
Bahkan gagasan yang dianggap revolusionerpun berakar dari pondasi pengetahuan
yang mapan. Begitupun, apa yang biasa dilakukan oleh orang-orang kreatif dengan
pengetahuan itu adalah pembuat lompatan yang memungkinkan mereka melihat dengan
yang belum pernah mereka alami sebelumnya.
Ketahui
bahwa semua solusi kecil baru kita adalah hasil kreatif sajati, dan berikan
pujian yang pantas kita terima. Kita mulai merasa yakin pada kemampuan kita
untuk mengeksplorasi dan muncul dengan solusi-solusi bagi tantangan0tantangan
yang lebih serius yang dihadapi setiap orang didunia kini. Stiker yang
bertuliskan : “berpikir global-bertindak lokal” menunjukan apa yang harus
menjadi pendekatan kita untuk kesehatan dan keharmonisan dunia. Kita semua
harus melihat ke dunia luas, dan kemudian masing-masing dari kita harus berbuat
dalam lingkunag pengaruh kita sendiri dengan cara yang bijaksana, kreatif, dan
melihat kedepan. Untuk melakukan hal ini kita harus mampu menyerap informasi
baru dan tampil dengan solusi-solusi untuk berbagai tantangan.
BAB III
PEMBAHASAN DAN HASIL
ANALISIS
3.1 Pembahasan dan Hasil analisis
Didalam
berfikir kreatif terdapat kiat-kiat jitu, anatara lain:
Jika kita pernah
berhasil (kita semua pasti pernah mengalaminya suatu waktu dalam hidup kita),
kita tahu bahwa kita mampu melakukannya lagi. Ingatkanlah diri kita tentang hal
itu pada saat kita menggarap suatu tantangan.
Jalani hari kita dengan
keyakinan bahwa suatu itu benar-benar muncul, maka kita akan siap menerimanya.
Dalam
proses belajar mengajar di sekolah yang selalu menjadi masalah adalah kurangnya
minat belajar siswa terutama untuk mata pelajaran yang membutuhkan penalaran.
Dalam proses belajar mengajar, guru selalu mengharapkan siswa untuk diam selama
satu jam atau lebih, dalam deretan bangku-bangku yang berjajar menghadap ke
depan. Sementara ada siswa yang baik mampu belajar dalam kondisi diam dan
tegang. Guru berdiri dan mengajarkan subjek tertentu sehingga hilanglah
permainan, kegiatan kelompok, aktivitas seni yang menarik, dan semua aspek
bebas. Dengan berjalannya semua ini proses pendidikan telah mengubah proses
belajar menjadi sebuah sistem yang menitik beratkan otak kiri.
“Ketidakseimbangan” ini membuat banyak siswa merasa tidak mempunyai inspirasi,
tidak berharga, dan tertekan.
Dari
masalah ini, maka guru perlu menerapkan suatu metode pembelajaran yang mampu
mendudukkan siswa dengan aman dan nyaman di kelas sehingga mereka mudah
berpikir secara kreatif. Salah satu metode pembelajaran yang sesuai adalah
penerapan metode Quantum Learning yaitu salah satu bentuk pembelajaran yang
membangun ikatan emosional sehingga tercipta kesenangan dalam belajar pada diri
siswa. Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh kebebasan
belajar dengan baik dalam suasana yang wajar. Dalam kegiatan belajar, siswa
memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi, baik dengan guru, teman
ataupun dengan lingkungan sekitarnya.
Dalam
metode quantum learning, guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar
menyesuaikan diri dan belajar sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing
pembelajaran yang sesuai menjadikan belajar sebagai sesuatu yang menyenangkan
sehingga mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa
di sekolah.
Dalam
mewujudkan siswa untuk berfikir kreatif, kita harus mengetahui bahwa dalam
berfikir kreatif kita harus mampu menyelesaikan masalah. Didalam penyelesaian
masalah terdapat cara yang telah kita kenal dengan sebutan “brainstorming”
(Quantum Learning : 1999). Brainstorming atau curah-gagasan adalah tekhnik
penyelesaian masalah yang dapat digunakan secara individual maupun kelompok.
Hal ini mencakup pencatan gagasan-gagsan yang terjadi spontan dengan cara tidak
menghakimi. Ini berdasarkan pada premis bahwa untuk mendapatkan ide-ide besar
yang sebenarnya kita harus memiliki banyak ide agar dapat memilih. Ini semua
dengan teori photografer bahwa jika anda menghabiskan satu rol film, kita
mungkin akan mendapatkan sepasang photo yang baik dan photo-photo lain yang
gagal. Masalahnya adalah ketika anda mengambil photo, kita tidak tahu mana yang
bagus dan mana yang tidak. Itulah sebabnya mengapa anda harus menjepret dan
tidak menilainya hingga photo-photo itu jadi.
Curah-gagasan
lebih efektif dalam kelompok-kelompok karena efek kumulatif dari masing-masing pikiran
dirangsang oleh kreatifitas yang lain. Ketika sebagian besar dari kita berfikir
tentang curah-gagasan, maka kita membayangkan sebuah ruang konferensi diamana
orang-orang duduk mengitari meja, dan menuangkan gagagsan-gagasan kepada
fasilitator yang menuliskannya dipapan tulis atau kertas. Kita juga bisa
melakukan curah-gagasan dengan diri kita sendiri dang mencatat gagasan anda
dengan menggunakan metode pengelompokan yang telah dijelaskan dalam buku ini.
Pengelompokan memungkinkan kita untuk melihat hubungan-hubungan antara gagasan
dan gagasan-gagasan yang salin mendukung.
Kita
temukan bahwa kerts kosong yang besar sangat bermanfaat untuk pengelompokan
curah-gagasan (brainstroming). Pastikanlah masalah atau obyek kita
terdefinisikan dengan baik, lalu tulislah sebuah kata atua frase kunci ditengah
kertas dan kemudian lingkarilah. Lalu,biarkan gagasan-gagasan itu mulai
mengalir. Setiap ada yang muncul,catat, lingkari, dan hubungkan dengan subjek
yang ada ditengah atau dengan pemikiran utama yang merupakan pemicunya.
Penting
sekali untuk menerima semua gagasan sebagai gagasan-gagasan yang baik terlepas
beberapa jauh hubungannya. Sesungguhnya kita justru harus mencari yang jauh
hubungannya karena inovasi baru sering tampak mustahil pada pandangan sepintas.
Buatlah
sebanyak mungkin! Ketika kita berfikir bahwa kita telah mendaftar setiap hal
yang dapat kita pikirkan, paksa diri kita menambah lima gagasan lagi. Doronglah
pikiran kita kedalam wilayah-wilayah baru. Ini merupakan latihan yang baik dan
dapat membantu kita untuk memikirkan solusi yang tak pernah terpikir oleh orang
lain sebelumnya.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Merujuk pada rumusan masalah, dapat
ditarik kesimpulan bahwa quantum learning dapat meningkatkan daya pikir kreatif
dengan memacahkan masalah-masalah yang ada dari hal yang paling kecil sampai ke
masalah yang besar. Adapun cara atau tekhnik berpikir kreatif adalah:
1. Ingatlah
kesuksesan Kita dimas lalu, baik yang biasa maupun yang menakjubkan.
2. Yakinlah
bahwa hal ini bisa menjadi hari terobosan
3. Latilah
kreativitas kita dengan permainan-permaina mental
4. Ingatla
bahwa kegagalan membawa keberhasilan
5. Railah
impian dan fantasi anda
6. Biarkan
kesenangan memasuki kehidupan anda
7. Kumpukan
pengetahuan dari tempat lain
8. Lihatlah
situasi dari semua sisi
9. Bebaskan
diri kita dari konsumsi
10. Ubalah
posisi kita sesering mungkin
B.
SARAN
& REKOMENDASI KEBIJAKAN
Semoga metode belajar Quantum Learning
dapat diterapkan di seluruh pelosok negeri agar para siswa dapat meningkatkan
daya berpikir kreatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Bobbi DePorter & Mike Harnacki,
1999. Quantum Learning, Bandung; Kaifa
Zainal Aqib, 2007. Membangun profesionalisme guru
dan Pengawasan sekolah, Lamongan; Yrama Widya
SMA Negeri 13 Makasar, 2008. Penerapan Metode
(pembelajaran Menyenangkan) Quantum Learning Dalam Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Menyimak Siswa, Makasar; Komunitas Bambu
Dr. E. Mulyasa, M.Pd, 2004. Kurikulum Berbasis
Kompetensi (konsep, karateristik dan implikasinya), PT Remaja Rosda Karya;
Bandung
Chamsin S. Widodo,Msi, 2008. Panduan Menyusun Bahan
Ajar Berbasis Kompetensi, PT. Elek Media Komputindo
Tim dosen FIP – IKIP Malang, 1980. Malang, Usaha
Nasional
[1] Tim
dosen FIP – IKIP Malang, 1980. Malang, Usaha Nasional, Hal 3
[2] Tim
dosen FIP – IKIP Malang, 1980. Malang, Usaha Nasional, hal 4
[3] Dr. E.
Mulyasa, M.Pd, 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi (konsep, karateristik dan
implikasinya), PT Remaja Rosda Karya; Bandung, hal 21
[4] Chamsin
S. Widodo,Msi, 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, PT. Elek
Media Komputindo, hal 6
[5] Zainal
Aqib, 2007. Membangun profesionalisme guru dan Pengawasan sekolah, Lamongan;
Yrama Widya, hal 43
[6] SMA
Negeri 13 Makasar, 2008. Penerapan Metode (pembelajaran Menyenangkan) Quantum
Learning Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menyimak Siswa, Makasar;
Komunitas Bambu. Hal 6
[7] Bobbi
DePorter & Mike Harnacki, 1999. Quantum Learning, Bandung; Kaifa, hal 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar