Senin, 17 Maret 2014

Kuantum Learning


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa, karena itu manajemen pendidikan harus dibenahi. Untuk mencapai hasil tersebut, peran guru sangat diperlukan karena guru bertanggung jawab untuk mendidik dan membimbing siswanya. Guru harus dapat mempertahankan minat siswa untuk belajar lebih lama, memantapkan motivasi mereka karena bagi seorang guru tujuan motivasi adalah untuk memacu para siswa agar timbul keinginan untuk belajar. Para siswa dibangun semangat belajarnya, sehingga semangat belajar itu membuat mereka senang dalam belajar.

Dalam proses belajar yang sering menjadi masalah adalah siswa sering tidak merasa nyaman dan stres dalam belajar terutama untuk mata pelajaran yang rumit. Hal ini yang menyebabkan siswa tidak mampu mengembangkan pemikirannya dan hasil belajarnya pun rendah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan hasil belajar siswa guru perlu menggunakan metode yang sesuai dengan kesiapan para siswa untuk dapat menerima teknik. Teknik belajar yang digunakan, di samping itu guru juga perlu memperhatikan aspek psikologi perkembangannya, kemampuan, keterampilan, kematangan, kecepatan menangkap informasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.

Suatu kondisi belajar yang optimal dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan siswa. Pengaturan yang dimaksud bersifat langsung berkenaan dengan penyampaian materi siswa atau pengaturan manajemen kelas untuk menciptakan kondisi belajar yang optimal. Dengan kata lain guru perlu menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan, salah satu di antaranya melalui pembelajaran metode quantum learning.

Metode ini berhubungan dengan bahasa dan perilaku sehingga dapat digunakan untuk menciptakan jalin pengertian antara siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Dalam belajar guru juga harus mampu mengambil keputusan secara mandiri, terutama dalam hal yang berkaitan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Guru harus mampu bertindak dan mengambil keputusan secara cepat, tepat waktu, dan tepat sasaran, terutama berkaitan dengan masalah pembelajaran dan peserta didik. Dalam belajar guru juga hendaknya selalu memberikan pujian bagi siswa yang menunjukkan usaha yang baik, tidak menyalahkan pekerjaan atau jawaban siswa secara terbuka sekalipun pekerjaan atau jawaban tersebut belum memuaskan, menyadarkan siswa tentang pentingnya melakukan kegiatan belajar untuk kepuasan dan kebutuhan dirinya sebagai modal hidupnya kelak jika dewasa, serta menciptakan suasana belajar yang memberikan kesenangan pada siswa dengan usaha lain yang dipandang pantas untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa.

Memang diakui, mendidik seseorang untuk pintar mungkin terlalu mudah dan bisa dilakukan oleh siapa saja, tetapi mendidik seseorang untuk mempunyai emosi yang baik, tidak semua orang bisa melakukannya. Dibutuhkan guru yang sabar, serius, ulet dan mempunyai semangat yang tinggi dalam memahami dinamika siswa.

Metode quantum learning sebagai suatu proses pembelajaran yang akrab dan menyenangkan baik bagi peserta didik maupun pendidik dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, proses pembelajaran seperti ini sangat memerlukan guru yang menguasai materi ajar dan mempunyai sikap peramah, bukan pemarah.


 

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat didalam karya tulis ilmiah ini adalah : “Apa Pengaruh Quantum Teaching dan Quantum Learning Terhadap Minat Belajar Siswa”


 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1                   Pendidikan

2.1.1         Pengertian Pendidikan

Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, didalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.

Menurut buku “Higher Education For American Democracy” dinyatakan sebagai berikut, education is an institution of civilized society, but the purposes of education are not the same in all societies. An educational system finds its the guiding principles and ultimate goals in the aims and philosophy of the social order in which it function (11:5).[1]

Pendidikan ialah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat beradab, tetapi tujuan pendidikan tidaklah sama dalam setiap masyarakat. Sistem pendidikan suatu masyarakat(bangsa) dan tujuan-tujuannya pendidik didasarkan atas prinsip-prinsip (nilai-nilai), cita-cita dan filsafat yang berlaku dalam suatu masyarakat (bangsa).

Menurut Prof. Rechey, dalam buku “Planning for Teaching, an Indruction to Education” dinyatakan sebagai berikut, the term “Education” refers to the board funcantion of preserving and improving the life of the group thorugh bringing new members into its shared concers. Education is thus a far broader process than that which occurs in schools. It is an essential social activity by which communicaties continue to exist. In complex communicaties this function is specialized and institutionalized in formal education, but there is always the education outside the school with wich the formal process in related.(12:489)[2]

Istilah “pendidikan” berkenan dengan fungsi yang luas dari pemelihara dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan tanggung jawabnya didalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung didalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang kompleks, modern, fungsi pendidikan ini mengalami proses spesialisi edan melembaga dengan pendidikan formal, yang tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal diluar sekolah.

Dari uraian tentang pengertian pendidikan diatas dapat kita kemukakan kesimpulan sebagai berikut:

a)      Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dalam jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rokhani (pikir, karsa, rasa, dan budi nurani) dan jasmani ( panca indra serta keterampilan-keterampilan).

b)      Pendidikan berarti juga lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi: keluarga, sekolah dan masyarakat (negara).

c)      Pendidikan merupakan pula hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Pendidikan dalam arti ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai satu kesatuan.


 

2.1.2         Tujuan Pendidikan Nasional

Secara makkro pendidikan nasional bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mempu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk menuju suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif dan memiliki sumberdaya yang sehat dan tangguh.

Secara mikro pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa beretika (beradab dan berwawasan budaya bangsa indonesia), memiliki nalar(maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab), berkemampuan komunikasi sosial 9 tertib dan sadar hukum, kooperatif dan kopetitif, denekratis),dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri.

Acuan diatas menjadi acuan bangsa indonesia lulusan dari berbagai jenjang pendidikan memiliki ciri atau profil sebagai berikut.

1.      Pendidikan Dasar

a)      Tumbuh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

b)      Tumbuh sikap beretika(sopan santun dan beradab);

c)      Tumbuh penalaran yang baik (mau belajar, ingin tahu, senang membaca, memeiliki inovasi, berinisiatif dan bertanggung jawab);

d)     Tumbuh kemampuan komunikasi atau sosial ( tertib, sadar aturan, dapat bekerja sama dengan teman, dapat berkomptisi) dan;

e)      Tumbuh kesadaran untuk menjaga kesehatan badan.

2.      Pendidikan Menengah Umum

a)      Memiliki keimanan dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa mulai mapan;

b)      Memiliki etika(sopan santun dan beradab);

c)      Memiliki penalaran yang baik (dalam kajian materi kurikulum, kreatif, inisiatif serta memiliki tanggung jawab) dan penalaran sebagai penekannya;

d)     Kemampuan berkomunikasi/sosial (tertib, sadar aturan dan perundang-undangan, dapat bekerja sama, mampu bersaing, toleransi, menghargai hak orang lain, dapat berkompromi);

e)      Dapat mengurus dirinya dengan baik.

3.      Pendidikan Menengah Kejuruan

a)      Memiliki keimanan dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa mulai mapan;

b)      Memiliki etika (sopan santun dan beradab);

c)      Memiliki penalaran yang baik (untuk mengerjakan keterampilan khusus, inovatif dalam arah tertentu, kreatif dibidangnya, banyak inisisatif dibidangnya serta bertanggung jawab terhadap karyanya;

d)     Memiliki kemampuan berkomunikasi atau sosial (tertib, sadar aturan dan hukum, dapat bekerja sama, mampu bersaing, toleransi, menghargai hak orang lain, dapat berkompromi);

e)      Memiliki kemampuan berkompetisi secara sehat;

f)       Dapat mengurus dirinya dengan baik.

4.      Pendidikan Tinggi

a)      Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

b)      Memiliki etika (sopan santun dan beradab);

c)      Meiliki penalaran yang baik terutama dibidang keahliannya (berwawasan kedepan yang luas, mampu mengambil data dengan akurat dan benar,mampu melakukan analisa, berani mengemukakan pendapat, berani mengakui kesalahan, beda pendapat dan keputusan mandiri).

d)     Kemampuan komunikasi/sosial (tertib, sadar perundang-undangan, toleransi, menghargai hak orang lain, dapat nerkompromi)

e)      Memiliki kemampuaan berkompetensi secara sehat, dan

f)       Dapat mengurus dirinya dengan baik.

5.      Pendidikan Luar Sekolah

Meskipun pendidikan luar sekolah diarahkan untuk keterampilan tertentu dalam berbagai tingkat usia, acuan seperti pendidikan didalam institusi sekolah secara berjenjang dapat dirujuk untuk tujuan pendidikannya.

6.      Pendidikan Keluarga

Pendidikan pada kenyataanya lebih banyak dilakukan di lingkunag rumah dibandingkan dengan diluar rumah. Sehubungan denganitu perlu pengertian orang tua tentang peranannya sebagai “guru” di rumah, dan rumah sebagai “sekolah” bagi anak-anaknya. Dengan demikian pendidikan keluarga lebih ditujukan kepada masalah keimanan dan ketaqwaan terhadap tuhan Yang Maha Esa, estetika, norma (baik dan buruk), kemampuan berkomunikasi dengan baik serta cara menjaga kesehatan tubuh dan dirinya.[3]

2.1.3         Empat Pilar Pendidikan

Pada tahun 1998 UNESCO telah mencanangkan 4 pilar pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, learning to be. Empat pilar pendidikan tersebut dipandang sebagai pendekatan belajar yang perlu diterapkan untuk menyiapkan generasi muda memasuki abad ke-21. Pada hakekatnya, pendekatan belajar yang telah dikenakan oleh tokoh-tokoh pemikir pendidikan sejak permulaan abad-20.[4]

a)      Learning to know (belajar mengetahui);

Sesuai dengan hakekat penyerapan ilmu pengetahuan (transfer of learning)

b)      Learning to do (belajar melaksanakan);

Membahas, belajar aktif, penugasan, meringkas buku dan sebagainya untuk mengembangkan manusia seutuhnya (active learning)

c)      Learning to live together (belajar hidup bersama);

Perlunya pendidikan nilai kemanusiaan, moral dan spiritual, yang melandasi hubungan antara manusia, dengan mengembangkan budaya damai (culture of peace)

d)     learning to be (belajar menjaga diri sendiri).

Menciptakan manusia terdidik yang mandiri, pecaya diri, memahami dan mengenali diri sendiri (joy of learning).[5]

2.2                   Quantum Learning

2.3.1         Pengertian Quantum Learning

1.      Quantum Learning didefinisikan sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Artinya semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisik kuantum energi adalah hasil kali massa dengan kuadrat kecepatan cahaya yang dapat ditulis dalam bentuk persamaan       E : Mc2. Tubuh kita secara fisik adalah materi. Jadi, sebagai siswa tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya : interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (Reporter, 1999 : 16)

2.      Pemercepatan belajar (accelerated learning) didefinisikan sebagai : “Memungkinkan siswa untuk belajar dengan pemercepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi kegembiraan”. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan : hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik dan kesehatan emosional. Semua unsur ini bekerja untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif (Reporter, 1999 : 14)

3.      Quantum Learning adalah seperangkat metode atau falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur.[6]

 

2.3.2         Metode Quantum Learning

Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria dengan bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa tekhnik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukan murid secara nyaman, memasang musik latar didalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar ssambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugesti.

Iistilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestologi adalah “pemercepatan belajar” (accelerated learning). Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan diberangi kegembiraan”. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berfikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun, semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman yang eektif.

Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program Neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif. Faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang, menciptakan “pegangan” dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan. Para pendidik mengetahui penggunaan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan positif. Melalui metode ini, juga dapat menunjukkan gaya belajar terbaik dari setiap orang, sehingga siswa mampu mengoptimalkan cara belajarnya untuk menjadi pegangan mencapai keberhasilan.

Metode quantum learning ini mencoba memberikan siswa kebebasan berekspresi dalam belajar sesuai dengan tipe belajar masing-masing dan memasang musik latar untuk menciptakan suasana yang santai. Musik sangat penting untuk lingkungan quantum learning, karena sebenarnya berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologi kita. Selama melakukan pekerjaan mental yang berat, denyut nadi dan tekanan darah meningkat. Gelombang otak semakin cepat dan otot-otot menegang, sedangkan jika dengan musik yang tepat akan mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah menurun, gelombang otak melambat dan otot-otot relaks (Reporter, 1999 : 72).

Dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa quantum learning merupakan suatu metode pembelajaran yang menyenangkan dengan berusaha mengombinasikan pekerjaan mental yang menekankan dengan fisiologi relaks, sehingga siswa merasa gembira dalam belajar yang nantinya melahirkan pelajar-pelajar yang istimewa.[7]

2.3                   Berpikir Kreatif

2.4.1         Pengertian Berpikir Kreatif

Seorang yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-coba, bertualang, suka bermain-main, serta intuitif. Dalam masyarakat kita, kita cendrung memandang orang-orang tertentu seperti seniman, ilmuan atau penemu sebagai orang-orang yang misterius hanya saja mereka itu “kreatif”. Walaupun demikian, semua manusia termasuk peserta didik mempunyai kemampuan untuk menjadi pemikir-pemikir yang kreatif dan pemecah masalah. Yang diperlukan adalah pikiran yang penuh dengan rasa ingin tahu, kesanggupan untuk mengambil resiko dan dorongan untuk membuat segalanya berhasil.

Betapapun besarnya perhatian terhadap kreativitas, kebanyakan kreativitas terwujud cukup sederhana. Hal itu hampir-hampir tidak terlihat oleh peradaban, walaupun dalam beberapa hal kecil  telah membuat hidup kita sedikit lebih nyaman. Berbicara tentang keberhasilan kreatif seperti menemukan cara untuk menjauhkan semut dari piring makanan anjing, atau mendekorasi ruang tanpa mengeluarkan banyak uang, atau menemukan cara untuk mendaur ulang air mandi untuk menyiram tanaman, atau berekperimen dengan kombinasi makanan yang ada untuk menghasilkan resep baru yang lezat.

Luangkan waktu sesaat untuk mengingat beberapa situasi dimana berhasil mencapai tujuan ketika situasinya tampak tidak memungkinkan. Terjatuh, atau terperangkap, atau terperangkap dalam suatu lingkaran yang tak pernah dimasuki sebelumnya. Tetapi anda dapat menemukan jalan. Itulah yang disebut dengan kreativitas.

Mungkin bahwa mempunyai pengalaman menemukan suatu solusi untuk suatu masalah yang mengganggu dan kenudian mendapatkan pemecahan disebuah toko yang berarti seorang pengusaha baru saja menggunakan gagagsan yang kita punya beberapa lebih cepat.

Jika kita memikirkan tentang setiap contoh anda sendiri, kita menemukan bahwa solusinya hampir selalu muncul dari pengetahuan yang sudah kta miliki, atau dari pengetahuan yang kita pinjam dari orang lain seperti adagium lama ,”tak ada yang baru dibawah matahari.” Yang ada hanyalah versi dan kombinasi baru. Bahkan gagasan yang dianggap revolusionerpun berakar dari pondasi pengetahuan yang mapan. Begitupun, apa yang biasa dilakukan oleh orang-orang kreatif dengan pengetahuan itu adalah pembuat lompatan yang memungkinkan mereka melihat dengan yang belum pernah mereka alami sebelumnya.

Ketahui bahwa semua solusi kecil baru kita adalah hasil kreatif sajati, dan berikan pujian yang pantas kita terima. Kita mulai merasa yakin pada kemampuan kita untuk mengeksplorasi dan muncul dengan solusi-solusi bagi tantangan0tantangan yang lebih serius yang dihadapi setiap orang didunia kini. Stiker yang bertuliskan : “berpikir global-bertindak lokal” menunjukan apa yang harus menjadi pendekatan kita untuk kesehatan dan keharmonisan dunia. Kita semua harus melihat ke dunia luas, dan kemudian masing-masing dari kita harus berbuat dalam lingkunag pengaruh kita sendiri dengan cara yang bijaksana, kreatif, dan melihat kedepan. Untuk melakukan hal ini kita harus mampu menyerap informasi baru dan tampil dengan solusi-solusi untuk berbagai tantangan.

 

BAB III

PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS

3.1   Pembahasan dan Hasil analisis

Didalam berfikir kreatif terdapat kiat-kiat jitu, anatara lain:

Jika kita pernah berhasil (kita semua pasti pernah mengalaminya suatu waktu dalam hidup kita), kita tahu bahwa kita mampu melakukannya lagi. Ingatkanlah diri kita tentang hal itu pada saat kita menggarap suatu tantangan.

Jalani hari kita dengan keyakinan bahwa suatu itu benar-benar muncul, maka kita akan siap menerimanya.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah yang selalu menjadi masalah adalah kurangnya minat belajar siswa terutama untuk mata pelajaran yang membutuhkan penalaran. Dalam proses belajar mengajar, guru selalu mengharapkan siswa untuk diam selama satu jam atau lebih, dalam deretan bangku-bangku yang berjajar menghadap ke depan. Sementara ada siswa yang baik mampu belajar dalam kondisi diam dan tegang. Guru berdiri dan mengajarkan subjek tertentu sehingga hilanglah permainan, kegiatan kelompok, aktivitas seni yang menarik, dan semua aspek bebas. Dengan berjalannya semua ini proses pendidikan telah mengubah proses belajar menjadi sebuah sistem yang menitik beratkan otak kiri. “Ketidakseimbangan” ini membuat banyak siswa merasa tidak mempunyai inspirasi, tidak berharga, dan tertekan.

Dari masalah ini, maka guru perlu menerapkan suatu metode pembelajaran yang mampu mendudukkan siswa dengan aman dan nyaman di kelas sehingga mereka mudah berpikir secara kreatif. Salah satu metode pembelajaran yang sesuai adalah penerapan metode Quantum Learning yaitu salah satu bentuk pembelajaran yang membangun ikatan emosional sehingga tercipta kesenangan dalam belajar pada diri siswa. Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh kebebasan belajar dengan baik dalam suasana yang wajar. Dalam kegiatan belajar, siswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi, baik dengan guru, teman ataupun dengan lingkungan sekitarnya.

Dalam metode quantum learning, guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar menyesuaikan diri dan belajar sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing pembelajaran yang sesuai menjadikan belajar sebagai sesuatu yang menyenangkan sehingga mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah.

Dalam mewujudkan siswa untuk berfikir kreatif, kita harus mengetahui bahwa dalam berfikir kreatif kita harus mampu menyelesaikan masalah. Didalam penyelesaian masalah terdapat cara yang telah kita kenal dengan sebutan “brainstorming” (Quantum Learning : 1999). Brainstorming atau curah-gagasan adalah tekhnik penyelesaian masalah yang dapat digunakan secara individual maupun kelompok. Hal ini mencakup pencatan gagasan-gagsan yang terjadi spontan dengan cara tidak menghakimi. Ini berdasarkan pada premis bahwa untuk mendapatkan ide-ide besar yang sebenarnya kita harus memiliki banyak ide agar dapat memilih. Ini semua dengan teori photografer bahwa jika anda menghabiskan satu rol film, kita mungkin akan mendapatkan sepasang photo yang baik dan photo-photo lain yang gagal. Masalahnya adalah ketika anda mengambil photo, kita tidak tahu mana yang bagus dan mana yang tidak. Itulah sebabnya mengapa anda harus menjepret dan tidak menilainya hingga photo-photo itu jadi.

Curah-gagasan lebih efektif dalam kelompok-kelompok karena efek kumulatif dari masing-masing pikiran dirangsang oleh kreatifitas yang lain. Ketika sebagian besar dari kita berfikir tentang curah-gagasan, maka kita membayangkan sebuah ruang konferensi diamana orang-orang duduk mengitari meja, dan menuangkan gagagsan-gagasan kepada fasilitator yang menuliskannya dipapan tulis atau kertas. Kita juga bisa melakukan curah-gagasan dengan diri kita sendiri dang mencatat gagasan anda dengan menggunakan metode pengelompokan yang telah dijelaskan dalam buku ini. Pengelompokan memungkinkan kita untuk melihat hubungan-hubungan antara gagasan dan gagasan-gagasan yang salin mendukung.

Kita temukan bahwa kerts kosong yang besar sangat bermanfaat untuk pengelompokan curah-gagasan (brainstroming). Pastikanlah masalah atau obyek kita terdefinisikan dengan baik, lalu tulislah sebuah kata atua frase kunci ditengah kertas dan kemudian lingkarilah. Lalu,biarkan gagasan-gagasan itu mulai mengalir. Setiap ada yang muncul,catat, lingkari, dan hubungkan dengan subjek yang ada ditengah atau dengan pemikiran utama yang merupakan pemicunya.

Penting sekali untuk menerima semua gagasan sebagai gagasan-gagasan yang baik terlepas beberapa jauh hubungannya. Sesungguhnya kita justru harus mencari yang jauh hubungannya karena inovasi baru sering tampak mustahil pada pandangan sepintas.

Buatlah sebanyak mungkin! Ketika kita berfikir bahwa kita telah mendaftar setiap hal yang dapat kita pikirkan, paksa diri kita menambah lima gagasan lagi. Doronglah pikiran kita kedalam wilayah-wilayah baru. Ini merupakan latihan yang baik dan dapat membantu kita untuk memikirkan solusi yang tak pernah terpikir oleh orang lain sebelumnya.


BAB IV

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Merujuk pada rumusan masalah, dapat ditarik kesimpulan bahwa quantum learning dapat meningkatkan daya pikir kreatif dengan memacahkan masalah-masalah yang ada dari hal yang paling kecil sampai ke masalah yang besar. Adapun cara atau tekhnik berpikir kreatif adalah:

1.      Ingatlah kesuksesan Kita dimas lalu, baik yang biasa maupun yang menakjubkan.

2.      Yakinlah bahwa hal ini bisa menjadi hari terobosan

3.      Latilah kreativitas kita dengan permainan-permaina mental

4.      Ingatla bahwa kegagalan membawa keberhasilan

5.      Railah impian dan fantasi anda

6.      Biarkan kesenangan memasuki kehidupan anda

7.      Kumpukan pengetahuan dari tempat lain

8.      Lihatlah situasi dari semua sisi

9.      Bebaskan diri kita dari konsumsi

10.  Ubalah posisi kita sesering mungkin

 

B.     SARAN & REKOMENDASI KEBIJAKAN

Semoga metode belajar Quantum Learning dapat diterapkan di seluruh pelosok negeri agar para siswa dapat meningkatkan daya berpikir kreatif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

Bobbi DePorter & Mike Harnacki, 1999. Quantum Learning, Bandung; Kaifa

Zainal Aqib, 2007. Membangun profesionalisme guru dan Pengawasan sekolah, Lamongan; Yrama Widya

SMA Negeri 13 Makasar, 2008. Penerapan Metode (pembelajaran Menyenangkan) Quantum Learning Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menyimak Siswa, Makasar; Komunitas Bambu

Dr. E. Mulyasa, M.Pd, 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi (konsep, karateristik dan implikasinya), PT Remaja Rosda Karya; Bandung

Chamsin S. Widodo,Msi, 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, PT. Elek Media Komputindo

Tim dosen FIP – IKIP Malang, 1980. Malang, Usaha Nasional

 




[1] Tim dosen FIP – IKIP Malang, 1980. Malang, Usaha Nasional, Hal 3
[2] Tim dosen FIP – IKIP Malang, 1980. Malang, Usaha Nasional, hal 4
 
[3] Dr. E. Mulyasa, M.Pd, 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi (konsep, karateristik dan implikasinya), PT Remaja Rosda Karya; Bandung, hal 21
[4] Chamsin S. Widodo,Msi, 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, PT. Elek Media Komputindo, hal 6
[5] Zainal Aqib, 2007. Membangun profesionalisme guru dan Pengawasan sekolah, Lamongan; Yrama Widya, hal 43
[6] SMA Negeri 13 Makasar, 2008. Penerapan Metode (pembelajaran Menyenangkan) Quantum Learning Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menyimak Siswa, Makasar; Komunitas Bambu. Hal 6
[7] Bobbi DePorter & Mike Harnacki, 1999. Quantum Learning, Bandung; Kaifa, hal 14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar