BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Sintaksis
Sintaksis
merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mengkaji tentang kata, frase,
klausa, dan kalimat. Istilah sintaksis itu sendiri berasal dari bahasa Yunani,
yaitu sun yang berarti dengan dan tattein yang berarti menempatkan. Jadi yang dimaksud dengan sintaksis yaitu menemptkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata dan
kelompok-kelompok kata menjadi kalimat ( Verhaar : 1993 ). Dengan kata lain
sintaksis merupakan struktur frase dan kalimat ( Ramlan :1976). Berdasarkan
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa satuan sintaksis terkecil adalah
kata. Hal ini berbeda dengan morfologi yang menempatkan kata sebagai satuan
terbesar, sedangkan dalam sintaksis satuan terbesar adalah kalimat.
1.2 Struktur Sintaksis ,
Anda
pasti pernah mendengar istilah subjek (S), predikat (P), objek (O), dan
keterangan (Ket). Apa yang anda ketahui tentang istilah-istilah tersebut
sebagai fungsi kata. Anda mungkin
juga tidak asing dengan istilah kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata
sifat (adjectival), kata depan dan kata bilangan (numeralia). Istilah-istilah
tersebut adalah kategori atau kelas kata.
Bagaimana dengan istilah pelaku,
penderita, penerima, aktif, pasif, waktu, proses? Istilah-istilah tersebut adalah peran.
Untuk
mengingatkan kembali pemahaman anda tentang istilah-istilah tersebut, perhatikn
kalimat berikut ini !
(1)
Ibu
membeli jeruk di pasar
Kata-kata
yang terdapat dalam kalimat tersebut memiliki fungsi sebagai berikut :
Ibu membeli jeruk di
pasar
S P O Ket
Sehingga
dapat dilihat bahwa kalimat tersebut memiliki pola kalimat
S
– P – O – K.
Coba
sekarang perhatikan klimat berikut !
(2)
Ayah berangkat ke kantor
(3)
Adik menangis
(4)
Pohon mangga itu tumbang kemarin sore
(5)
Kemarin ibu memasak ikan
(6)
Pak Guru ?
Hal yang menjadi pertanyaan adalah
apakah kalimat (2) sampai (6) sama dengan kalimat (1) ?. Sekarang coba anda
tentukan terlebih dahulu funsi tiap kata dalam kalimat-kalimat tersebut sehingga
Anda mengetahui apakah kalimat (2) sampai (6) memiliki pola yang sama. Sekarang
anda perhatikan uraian berikut ini kemudian cocokan jawaban Anda.
Ayah berangkat ke kantor
S P
Ket
Adik menangis
S P
Pohon mangga itu tumbang kemarin sore
S P
Ket
Kemarin ibu memasak ikan
Ket S P O
Pak Guru ?
S
Berdasarkan urian tersebut dapat
dikatakan bahwa setiap kalimat tidak selalu berpola S-P-O-Ket, dan sebuah
kalimat tidak harus selalu diikuti oleh objek (O) terlihat pada kalimat (2),
(3), (4), dan (6), dan kalimat tidak harus diawali oleh kata yang memiliki
fungsi subjek (S) terlihat pada kalimat (5), serta sebuah kalimat bisa saja
hanya memiliki satu fungsi, hal ini dapat dilihat pada contoh (6).
Setelah anda mengetahui fungsi tiap
kata dalam kalimat di atas, coba Anda tentukan juga kategori dan peran setiap
kata dalam kalimat di atas. Sekarang cocokkan jawaban Anda berikut ini
|
Ayah
|
Berangkat
|
ke
kantor
|
Kategori
peran
|
kata
benda
|
kata
kerja
|
ket.
tempat
|
|
Pelaku
|
Aktif
|
lokasi
|
|
Adik menangis
|
Menangis
|
Kategori peran
|
kata benda
|
kata kerja
|
|
Pelaku
|
Aktiif
|
|
Pohon mangga itu
|
Tumbang
|
kemarin sore
|
Kategori peran
|
kata benda
|
kata kerja
|
ket.waktu
|
|
Penderita
|
Aktif
|
waktu
|
|
Kemarin
|
Ibu
|
memasak
|
Ikan
|
Kategori peran
|
ket.waktu
|
kata benda
|
kata kerja aktif
|
ket.waktu
|
|
Waktu
|
Pelaku
|
aktif
|
waktu
|
|
Pak Guru ?
|
Kategori peran
|
kata benda
|
|
penderita
|
|
|
Dalam bahasa Indonesia alat
sintaksis yang berupa urutan kata, bentuk kata, intonasi, dan konjungsi
sangatlah penting. Perbedaan urutan kata dapat menimbulkan perbedaan makna,
misalnya konstruksi (7) makan ayam
yang berarti makan dengan daging ayam akan berbeda maknanya dengan konstruksi
(8) ayam makan yang berarti ayam
sedang makan. Bentuk kata juga mempengaruhi makna kata, misalnya kita melihat
pada kalimat (9) Anita melihat Rudi,
akan berbeda maknanya bila diganti dengan bentuk dilihat, paa kalimat (10) Anita dilihat Rudi. Intonasi dalam
kalimat mempengaruhi makna sebuah kalimat misalnya kalimat (11) Guru baru datang
akan berbeda maknanya bila diberikan tekanan sebagai batas subjek dan predikat.
Guru/baru
datang
artinya guru baru saja datang
dan Guru baru/datang artinya
guru baru sudah datang. Alat sintaksis yang terakhir adalah konjungsi (
konektor). Konjungsi berfungsi menghubungkan kata dengan kata atau klausa pada kalimat.
(12) Saya atau dia yang kamu cintai
(13) Dia memang baik tetapi dia menyebalkan
Pada kalimat (12), konjungsi atau menghubungkan kata saya dengan
kata dia. Sedangkan pada kalimat (13)
konjungsi tetapi menghubungkan antara
frase dia memang baik dengan frase dia
menyebalkan.
2.3 SATUAN-SATUAN SINTAKSIS
Di
awal telah dikatakan bahwa satuan-satuan sintaksis adalah kata, frase, klausa, dan
kalimat.
2.3.1
Kata
Sebagai
satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi funsi sintaksis,
penanda kategori sintaksis, dan perangkai frase, klausa, dan kalimat. Jenis
kata ada dua macam yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang
secara leksikal memiliki makna dan dapat berdiri sendiri sebagai satuan ujaran,
misalnya kata manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, air, merah, putih, kacang, pegi, tari, dan sebagainya.
Kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mmpunyai makna dan di dalam
petuturan tidak dapat berdiri sendiri, misalnya kata dan, di, ke, dari, walaupun, meskipun, dan sebagainya.
2.3.2
Frase
Merupakan
satuan sintaksis yang satu tingkat di atas kata. Sama halnya dengan kata, frase
juga berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Pengertian frase, yaitu gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut
gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksi dalam kalimat (Chaer
: 1994) berdasarkan pengertian tersebut frase memiliki dua sifat, yaitu : (1)
frase merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih, dan
(2) frase selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa atau kalimat, yaitu S,
P, O, K atau Ket. Untuk lebih memahami soal frase perhatikan contoh berikut :
(14) Penjual bunga sedang merangkai mawar merah
Frase Frase Frase
S P O
Frase penjual bunga dibentuk dengan cara memerluas
kata benda (penjual) dengan kata benda (bunga), frase sedang merangkai dibentuk dengan cara memerluas
kata kerja (merangkai) dengan kata keterangan (sedang), sedangkan frase mawar merah dibentuk dengan memerluas kata benda (mawar) dengan
kata sifat (merah). Pembentukan frase selain memerlus kata benda dan kata
kerja, juga memerluas kata sifat, misalnya frase marah yang terbentuk dengan
memerluas kata sifat (marah) dengan kata sifat (besar) atau frase sangat kuat yang terbentuk dengan
memerluas kata sifat ( kuat) dengan kata keterangan (sangat).
2.3.3
Klausa
Adalah sintaksis berupa runtunan
kata-kata yang berkontruksi redikatif (Chaer :1994) atau suatu bentuk
linguistic yang terdiri atas subjek dan predikat (Ramlan :1976). Artinya , di
dalam konstruksi tersebut terdapat komponen kata atau frase yang berfungsi
sebagai subjek, predikat, objek, dan keterangan. Di dalam sebuah klausa minimal
mengandung subjek dan predikat, sedangkan objek dan keterangan bersifat
fakultatif atau tidak wajib ada. Untuk mempermudah pemahaman Anda tentang
klausa perhatikan contoh konstruksi berikut ini :
(15) Ima menangis
S P
(16) Ima membeli
baju
baru
S P
O
(17) Ima datang
kemarin
sore
S P Ket
(18) Ima menyiram bunga
melati itu setiap pagi
S P
O Ket
Setelah melihat contoh klausa diatas,
yang menjadi pertanyaan adalah apa bedanya klausa dengan kalimat ? Di dalam
klausa tidak ada intonasi final, baik intonasi deklaratif, interogratif, maupun
interjektif, sedangkan sebuah kontruksi bila diberikan intonasi final maka
disebut kalimat. Conoh klausa diatas dapat berunah menjadi kalimat bila
diberikan intonasi final, misalnya :
Ima menagis ? (kalimat interogatif)
Ima membeli baju baru ? (kalimat
interogatif)
Ima datang kemarin sore. (kalimat
deklaratif)
Ima menyiram bunga melati itu setiap
pagi (kalimat deklaratif)
Pertanyaan berikutnya adalah dimanakah
letak klausa dalam sintaksis? Ya, kalau kata dan frase mengisi fungsi=fungsi
sintaksis maka klausa menjadi pengisi kalimat.
Berbicara mengenai jenis klausa, klausa
dapat dibedakan berdasarkan struktur nya dan kategori segmental yang menjadi
predikatnya. Berdasarkan strukturnya klausa dapat dibedakan menjadi klausa
bebas dan klausa terika. Klausa bebas,
klausa yang mempunyai unsure-unsur yang lengkap atau sekurang-kurangnya
memiliki unsure subjek dan predikat, contohnya pada klausa (15), (16),(17), dan
(18) klausa bebas juga dapat berubah menjadi kalimat majemuk, yaitu (21) Ibu ku cantik dan pandai memasak. Klausa
terikat mungkin hanya subjek saja, objek saja, atau keterangan saja, misalnya
klausa.
(17) Anak itu
(18) Kemarin malam
(19) Bila sudah sembuh
Klausa terikat biasanya digunakan
sebagai kalimat jawaban. Misalnya : klausa (17) digunakan untuk menjawab
pertanyaan Siapa
yang memecahkan piring ini?, klausa (18) misalnya digunakan
untuk menjawab pertanyaan kapan anda datang ?, sedangkan kalimat (19) misalnya
digunakan untuk menjawab pertanyaan kapan anda keluar dari rumah sakit ini ?.
Jenis klausa berdasarkan kategori
segmentalnya, yaitu klausa verbal, klausa nominal, klausa adjectival, klausa
adverbial, klausa preposisional, dan klausa numeralia.
Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verbal, misalnya
:
(20) Dia berlari
(21) Ima menangis
(22) Anak-anak berenang di sungai
(23) Matahari terbenam
Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya
berkategori nomina, misalnya :
(24) Ayahnya pilot
(25) Ibunya dosen UT
(26) Kakeknya petani
Klausa adjektival adalah klausa yang
predikatnya berkategori adjektiva, misalnya:
(27) Gedung itu tinggi
(28) Hari ini
langit cerah
(29) Badan anak itu
gemuk
(30) Anaknya pintar
Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya
berkategori adverbia, misalnya:
(31) Dia benar-benar memperhatikan nasihat ibunya
(32) Dia sangat mencintai ibunya
(33) Dia hampir menabrak anjing itu
Klausa proposisional adalah klausa yang
predikatnya berupa frase yang berkategori proposisi, misalnya:
(34) Pamannya di Bandung
(35) Ibunya ke pasar
(36) Kakeknya di kebun
Klausa numeralia adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frase
numerali, misalnay:
(37) Anaknya du
orang
(38) Mobilnya tiga
buah
(39) Kebunnya lima
hektar
4. Kalimat
Adalah satuan
bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran
yang utuh (Hasan Alwi : 1998). Unsur-unsur pembentuk kalimat, yaitu sebagai
berikut :
a.
Bentuk
(unsur-unsur segmental), yaitu kata, frase, dan klausa
b.
Intonasi
(unsur-unsur suprasegmental), yaitu naik turun suara, jeda, dan kesenyapan.
Dalam bahasa tulis, intonasi ditandai dengan tanda baca koma (,), tanda tanya
(?), atau tanda seru
c.
Situasi
yang menimbulkan ujaran itu timbul
d.
Makna
atau arti yang didukungnya.
Perhatikan bentuk-bentuk berikut ini!
(40) Meli memandang langit yang cerah.
(41) Langit yang cerah memandang Meli.
(42) Ibu menggoreng ikan bandeng.
(43) Ikan Bandeng menggoreng Ibu.
Ditinjau dari empat unsur pembentuk kalimat, manakah dari
keempat bentuk tersebut yang merupakan bentuk kalimat dan mana yang bukan
bentuk kalimat ? Bentuk (40) dan (42) dapat diterima sebagai kalimat sebab
ditinjau dari empat unsur pembentuk kalimat tidak bermasalah. Sedangkan bentuk
(41) dan (43) tiddak dapat diterima sebagai kalimat, walaupun dari segi bentuk
dan intonasi tidak bermasalah.
Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan jumlah inti
yang membentuk sebuah kalimat., jumlah pola kalimat, dan kategori predikatnya.
Berdasarkan jumlah inti yang membentuk sebuah kalimat,
terdapat jenis kalimat minor dan kalimat mayor. Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti
atau pusat, misalnya pada kalimat:
(44) Sedang pergi
(45) Sangat lapar
(46) Selamat!
Kalimat minor biasa dipakai sebagai jawaban dari sebuah
pertanyaan. Sedangkan kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya
mengandung dua unsur inti, yaitu subjek dan predikat, misalnya pada kalimat:
(47) Kakaknya mahasiswa UT.
(48) Kakeknya petani cengkeh yang sukses.
Berdasarkan jumlah pola kalimat, terdapat jenis kalimat
tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat
tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu pola kalimat, misalnya pada
kalimat berikut :
(49) Ibunya sangat ramah
S P
(50) Ayahnya pendiam
S P
Sedangkan kalimat
majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua atau lebih pola kalimat.
Berdasarkan sifat hubungan tiap pola kalimat atau disebut juga klausa-klausa
yang terdapat di dalam sebuah kalimat maka kalimat majemuk dibedakan atas
kalimat majemuk setara (kalimat majemuk koordinatif) dan kalimat majemuk
bertingkat (kalimat majemuk subordinatif). Kalimat
majemuk setara adalah kalimat majemuk yang dibentuk dengan cara
menggabungkan beberapa kalimat tunggaldan kalimat-kalimat tunggal tersebut
bukan merupakan perluasan dari salah satu fungsi dari kalimat tersebut serta
masing-masing kalimat tunggal memiliki kedudukan yang sama, misalnya penggabungan
kalimat (49) dan (50) menjadi kalimat Ibunya
sangat ramah dan bapaknya pendiam. Pada kalimat
tersebut dapat dua buah klausa yang memiliki kedudukan
yang sama. Klausa-klausa tersebut dihubungkan dengan konjungsi dan. Selain konjungsi dan masih ada beberapa konjungsi yang
digunakan untuk membentuk kalimat majemuk setara, yaitu seperti, tetapi, atau, lalu. Akan tetapi, tak jarang hubungan
antara klausa dalam kalimat majemuk setara tanpa menggunakan konjungsi,
misalnya pada kalimat:
(51) Nenekku pandai bernyanyi, kakekku pandai bermain
musik, cucu-cucunya pandai menari.
Sedangkan kalimat
majemuk bertingkat adalah kalimat tunggal yang begian-bagiannya
diperluas sehingga perluasan itu
membentuk satu atau beberapa bagiannya diperluas sehingga perluasan itu
membentuk satu atau beberapa pola kalimat baru dan pola-pola kalimat tersebut
tidak setara atau sederajat. Pembentukan kalimat majemuk bertingkat dapat
dilakukan dengan cara menggunakan kata penghubung antar kalimat (sebelum,
sesudah, agar, supaya, sebab, akibat, jika, jikalau, walaupun, bahwa), misalnya
kalimat :
(52) Akibat hujan yang tidak berhenti selama tiga jam,
Jakarta dilanda banjir.
(53) Saya akan tetap datang ke pestanya walaupun tak
diundang.
Selain itu, pembentukan kalimat majemuk bertingkat
dilakukan dengan cara memperluas subjek, predikat, objek atau keterangan,
misalnya kalimat :
(54) Bu Ratna guru di SLTP Teladan
S P Ket. Tempat
Perhatikan perluasan fungsi subjek kalimat (54) sehingga
menjadi kalimat berikut ini!
Bu Ratna guru
di SLTP Teladan
S P Ket. Tempat
Bu Ratna yang berwibawa itu guru di SLTP Teladan
S P P Ket.tempat
Sehingga pola kalimat tersebut adalah S-P, S-P-Ket.tempat
Perluasan fungsi predikat pada kalimat (54) sehingga
menjadi kalimat berikut ini :
Bu Ratna guru di
SLTP Teladan
S P Ket. Tempat
Bu Ratna guru
tercantik di SLTP
Teladan
S P P
Ket. Tempat
Sehingga pola kalimat tersebut adalah S-P, S-P-Ket
Perluasan fungsi keterangan tempat kalimat (54) sehingga
menjadi kalimat berikut ini
Bu Ratna guru di SLTP Teladan yang terletak di Depok
S P Ket. tempat Ket. Tempat
Sehingga pola kalimatnya adalah S-P-Ket, S-P-Ket
Berdasarkan kkategori predikatnya, jenis kalimat
dibedakan menjadi kalimat verbal dan
nonverbal. Kalimat verbal adalah
kalimat yang dibentuk dari klausa verbal, atau kalimat yang predikatnya berupa
kata atau frase yang berkategori verbal, misalnya kalimat :
(55) Budi merayu Hapsari
(56) Citra menikmati indahnya alam
Kalimat verbal dibedakan atas:
a.
Kalimat verbal transitif, yaitu kalimat yang predikatnya berupa verbal yang
biasanya diikuti oleh objek, misalnya pada kalimat (55) dan (56).
b.
Kalimat verbal intransitif, yaitu kalimat yang predikatnya tidak memiliki objek,
misalnya pada kalimat:
(57) Anita menangis.
(58) Ayah marah.
(59) Adik tertidur di lantai.
c. Kalimat aktif,
yaitu kalimat yang predikatnya kata kerja aktif, misalnya kalimat :
(60) Kakek membaca koran
setiap pagi.
(61) Hapsari berlari
sangat kencang.
(62) Dini mencuci
baju sejak subuh.
d. Kalimat pasif,
yaitu kalimat yang predikatnya berupa verba pasif, misalnya kalimat:
(63) Bola ditendang
Rudi.
(64) Bunga-bunga itu disiram
Ratni setiap pagi.
Kalimat
nonverbal adalah kalimat
yang predikatnya bukan kata atau frase verbal, tetapi dapat berupa:
a.
Kata
atau frase nominal, misalnya pada kalimat:
(65) Ibunya buruh pabrik.
(66) Pamannya pedagang di pasar Tanah Abang
b.
Kata
atau frase adjektival, misalnya pada kalimat:
(68) Lukanya mengering.
(69) Tubuhnya menghitam.
c.
Kata
atau frase numeralia, misalnya pada kalimat:
(70) Anaknya dua orang.
(71) Gajinya
satu juta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar