Senin, 04 Agustus 2014

Makalah SIntaksis

BAB II
PEMBAHASAN
1.1  Pengertian Sintaksis
Sintaksis merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mengkaji tentang kata, frase, klausa, dan kalimat. Istilah sintaksis itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan tattein yang berarti menempatkan.  Jadi yang dimaksud dengan sintaksis yaitu menemptkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat ( Verhaar : 1993 ). Dengan kata lain sintaksis merupakan struktur frase dan kalimat ( Ramlan :1976). Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa satuan sintaksis terkecil adalah kata. Hal ini berbeda dengan morfologi yang menempatkan kata sebagai satuan terbesar, sedangkan dalam sintaksis satuan terbesar adalah kalimat.
1.2  Struktur Sintaksis ,
Anda pasti pernah mendengar istilah subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (Ket). Apa yang anda ketahui tentang istilah-istilah tersebut sebagai fungsi kata. Anda mungkin juga tidak asing dengan istilah kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjectival), kata depan dan kata bilangan (numeralia). Istilah-istilah tersebut adalah kategori atau kelas kata. Bagaimana dengan istilah pelaku, penderita, penerima, aktif, pasif, waktu, proses?  Istilah-istilah tersebut adalah peran.
Untuk mengingatkan kembali pemahaman anda tentang istilah-istilah tersebut, perhatikn kalimat berikut ini !



(1)               Ibu membeli jeruk di pasar
Kata-kata yang terdapat dalam kalimat tersebut memiliki fungsi sebagai berikut :
 Ibu      membeli           jeruk    di pasar
  S            P                   O                       Ket
Sehingga dapat dilihat bahwa kalimat tersebut memiliki pola kalimat
S – P – O – K.
Coba sekarang perhatikan klimat berikut !
(2)               Ayah berangkat ke kantor
(3)               Adik menangis
(4)               Pohon mangga itu tumbang kemarin sore
(5)               Kemarin ibu memasak ikan
(6)               Pak Guru ?
Hal yang menjadi pertanyaan adalah apakah kalimat (2) sampai (6) sama dengan kalimat (1) ?. Sekarang coba anda tentukan terlebih dahulu funsi tiap kata dalam kalimat-kalimat tersebut sehingga Anda mengetahui apakah kalimat (2) sampai (6) memiliki pola yang sama. Sekarang anda perhatikan uraian berikut ini kemudian cocokan jawaban Anda.
Ayah   berangkat        ke kantor
   S             P                    Ket
Adik    menangis
  S             P
Pohon mangga itu       tumbang          kemarin sore
             S                           P                       Ket
Kemarin          ibu       memasak         ikan
   Ket                S               P                  O
Pak Guru ?
       S
Berdasarkan urian tersebut dapat dikatakan bahwa setiap kalimat tidak selalu berpola S-P-O-Ket, dan sebuah kalimat tidak harus selalu diikuti oleh objek (O) terlihat pada kalimat (2), (3), (4), dan (6), dan kalimat tidak harus diawali oleh kata yang memiliki fungsi subjek (S) terlihat pada kalimat (5), serta sebuah kalimat bisa saja hanya memiliki satu fungsi, hal ini dapat dilihat pada contoh (6).
Setelah anda mengetahui fungsi tiap kata dalam kalimat di atas, coba Anda tentukan juga kategori dan peran setiap kata dalam kalimat di atas. Sekarang cocokkan jawaban Anda berikut ini


Ayah
Berangkat
ke kantor
Kategori peran
kata benda
kata kerja
ket. tempat


Pelaku
Aktif
lokasi


Adik menangis
Menangis
Kategori peran
kata benda
kata kerja

Pelaku
Aktiif


Pohon mangga itu
Tumbang
kemarin sore
Kategori peran
kata benda
kata kerja
ket.waktu

Penderita
Aktif
waktu


Kemarin
Ibu
memasak
Ikan
Kategori peran
ket.waktu
kata benda
kata kerja aktif
ket.waktu

Waktu
Pelaku
aktif
waktu


Pak Guru ?
Kategori peran
kata benda

penderita


Dalam bahasa Indonesia alat sintaksis yang berupa urutan kata, bentuk kata, intonasi, dan konjungsi sangatlah penting. Perbedaan urutan kata dapat menimbulkan perbedaan makna, misalnya konstruksi (7) makan ayam yang berarti makan dengan daging ayam akan berbeda maknanya dengan konstruksi (8) ayam makan yang berarti ayam sedang makan. Bentuk kata juga mempengaruhi makna kata, misalnya kita melihat pada kalimat (9) Anita melihat Rudi, akan berbeda maknanya bila diganti dengan bentuk dilihat, paa kalimat (10) Anita dilihat Rudi. Intonasi dalam kalimat mempengaruhi makna sebuah kalimat misalnya kalimat (11) Guru baru datang akan berbeda maknanya bila diberikan tekanan sebagai batas subjek dan predikat.
Guru/baru datang artinya guru baru saja datang dan Guru baru/datang artinya guru baru sudah datang. Alat sintaksis yang terakhir adalah konjungsi ( konektor). Konjungsi berfungsi menghubungkan kata dengan kata atau klausa pada  kalimat.
(12) Saya atau dia yang kamu cintai
(13) Dia memang baik tetapi dia menyebalkan
Pada kalimat (12), konjungsi atau menghubungkan kata saya dengan kata dia. Sedangkan pada kalimat (13) konjungsi tetapi menghubungkan antara frase dia memang baik dengan frase dia menyebalkan.
2.3  SATUAN-SATUAN SINTAKSIS
Di awal telah dikatakan bahwa satuan-satuan sintaksis adalah kata, frase, klausa, dan kalimat.
2.3.1        Kata
Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi funsi sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan perangkai frase, klausa, dan kalimat. Jenis kata ada dua macam yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna dan dapat berdiri sendiri sebagai satuan ujaran, misalnya kata manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, air, merah, putih, kacang, pegi, tari, dan sebagainya. Kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mmpunyai makna dan di dalam petuturan tidak dapat berdiri sendiri, misalnya kata dan, di, ke, dari, walaupun, meskipun, dan sebagainya.
2.3.2        Frase
Merupakan satuan sintaksis yang satu tingkat di atas kata. Sama halnya dengan kata, frase juga berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Pengertian frase, yaitu gabungan kata yang bersifat  nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksi dalam kalimat (Chaer : 1994) berdasarkan pengertian tersebut frase memiliki dua sifat, yaitu : (1) frase merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih, dan (2) frase selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa atau kalimat, yaitu S, P, O, K atau Ket. Untuk lebih memahami soal frase perhatikan contoh berikut :
(14)     Penjual bunga   sedang merangkai    mawar merah 
 


                            Frase                       Frase                           Frase
                               S                             P                                     O
Frase penjual bunga dibentuk dengan cara memerluas kata benda (penjual) dengan kata benda (bunga), frase sedang merangkai dibentuk dengan cara memerluas kata kerja (merangkai) dengan kata keterangan (sedang), sedangkan frase mawar merah dibentuk  dengan memerluas kata benda (mawar) dengan kata sifat (merah). Pembentukan frase selain memerlus kata benda dan kata kerja, juga memerluas kata sifat, misalnya frase marah yang terbentuk dengan memerluas kata sifat (marah) dengan kata sifat (besar) atau frase sangat kuat yang terbentuk dengan memerluas kata sifat ( kuat) dengan kata keterangan (sangat).
2.3.3        Klausa
Adalah sintaksis berupa runtunan kata-kata yang berkontruksi redikatif (Chaer :1994) atau suatu bentuk linguistic yang terdiri atas subjek dan predikat (Ramlan :1976). Artinya , di dalam konstruksi tersebut terdapat komponen kata atau frase yang berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan keterangan. Di dalam sebuah klausa minimal mengandung subjek dan predikat, sedangkan objek dan keterangan bersifat fakultatif atau tidak wajib ada. Untuk mempermudah pemahaman Anda tentang klausa perhatikan contoh konstruksi berikut ini :
(15) Ima    menangis
        S             P
(16) Ima    membeli   baju baru
        S             P               O
(17) Ima    datang       kemarin sore
        S            P                 Ket
(18) Ima  menyiram  bunga melati itu   setiap pagi
        S             P                    O                     Ket
Setelah melihat contoh klausa diatas, yang menjadi pertanyaan adalah apa bedanya klausa dengan kalimat ? Di dalam klausa tidak ada intonasi final, baik intonasi deklaratif, interogratif, maupun interjektif, sedangkan sebuah kontruksi bila diberikan intonasi final maka disebut kalimat. Conoh klausa diatas dapat berunah menjadi kalimat bila diberikan intonasi final, misalnya :
Ima menagis ? (kalimat interogatif)
Ima membeli baju baru ? (kalimat interogatif)
Ima datang kemarin sore. (kalimat deklaratif)
Ima menyiram bunga melati itu setiap pagi (kalimat deklaratif)
Pertanyaan berikutnya adalah dimanakah letak klausa dalam sintaksis? Ya, kalau kata dan frase mengisi fungsi=fungsi sintaksis maka klausa menjadi pengisi kalimat.
Berbicara mengenai jenis klausa, klausa dapat dibedakan berdasarkan struktur nya dan kategori segmental yang menjadi predikatnya. Berdasarkan strukturnya klausa dapat dibedakan menjadi klausa bebas dan klausa terika. Klausa bebas, klausa yang mempunyai unsure-unsur yang lengkap atau sekurang-kurangnya memiliki unsure subjek dan predikat, contohnya pada klausa (15), (16),(17), dan (18) klausa bebas juga dapat berubah menjadi kalimat majemuk, yaitu (21) Ibu ku cantik dan pandai memasak. Klausa terikat mungkin hanya subjek saja, objek saja, atau keterangan saja, misalnya klausa.
(17) Anak itu
(18) Kemarin malam
(19) Bila sudah sembuh
Klausa terikat biasanya digunakan sebagai kalimat jawaban. Misalnya : klausa (17) digunakan untuk menjawab pertanyaan Siapa yang memecahkan piring ini?, klausa (18) misalnya digunakan untuk menjawab pertanyaan kapan anda datang ?, sedangkan kalimat (19) misalnya digunakan untuk menjawab pertanyaan kapan anda keluar dari rumah sakit ini ?.
Jenis klausa berdasarkan kategori segmentalnya, yaitu klausa verbal, klausa nominal, klausa adjectival, klausa adverbial, klausa preposisional, dan klausa numeralia.
Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verbal, misalnya :
(20) Dia berlari
(21) Ima menangis
(22) Anak-anak berenang di sungai
(23) Matahari terbenam
Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berkategori nomina, misalnya :
(24) Ayahnya pilot
(25) Ibunya dosen UT
(26) Kakeknya petani
Klausa adjektival adalah klausa yang predikatnya berkategori adjektiva, misalnya:
(27) Gedung itu tinggi
(28) Hari ini langit cerah
(29) Badan anak itu gemuk
(30) Anaknya pintar
Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berkategori adverbia, misalnya:
(31) Dia benar-benar memperhatikan nasihat ibunya
(32) Dia sangat mencintai ibunya
(33) Dia hampir menabrak anjing itu
Klausa proposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase yang berkategori proposisi, misalnya:
(34) Pamannya di Bandung
(35) Ibunya ke pasar
(36) Kakeknya di kebun
Klausa numeralia adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numerali, misalnay:
(37) Anaknya du orang
(38) Mobilnya tiga buah
(39) Kebunnya lima hektar
4. Kalimat
Adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Hasan Alwi : 1998). Unsur-unsur pembentuk kalimat, yaitu sebagai berikut :
a.                   Bentuk (unsur-unsur segmental), yaitu kata, frase, dan klausa
b.                  Intonasi (unsur-unsur suprasegmental), yaitu naik turun suara, jeda, dan kesenyapan. Dalam bahasa tulis, intonasi ditandai dengan tanda baca koma (,), tanda tanya (?), atau tanda seru
c.                   Situasi yang menimbulkan ujaran itu timbul
d.                  Makna atau arti yang didukungnya.
Perhatikan bentuk-bentuk berikut ini!
(40) Meli memandang langit yang cerah.
(41) Langit yang cerah memandang Meli.
(42) Ibu menggoreng ikan bandeng.
(43) Ikan Bandeng menggoreng Ibu.
Ditinjau dari empat unsur pembentuk kalimat, manakah dari keempat bentuk tersebut yang merupakan bentuk kalimat dan mana yang bukan bentuk kalimat ? Bentuk (40) dan (42) dapat diterima sebagai kalimat sebab ditinjau dari empat unsur pembentuk kalimat tidak bermasalah. Sedangkan bentuk (41) dan (43) tiddak dapat diterima sebagai kalimat, walaupun dari segi bentuk dan intonasi tidak bermasalah.
Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan jumlah inti yang membentuk sebuah kalimat., jumlah pola kalimat, dan kategori predikatnya.
Berdasarkan jumlah inti yang membentuk sebuah kalimat, terdapat jenis kalimat minor dan kalimat mayor. Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau pusat, misalnya pada kalimat:
(44) Sedang pergi
(45) Sangat lapar
(46) Selamat!
Kalimat minor biasa dipakai sebagai jawaban dari sebuah pertanyaan. Sedangkan kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti, yaitu subjek dan predikat, misalnya pada kalimat:
(47) Kakaknya mahasiswa UT.
(48) Kakeknya petani cengkeh yang sukses.
Berdasarkan jumlah pola kalimat, terdapat jenis kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu pola kalimat, misalnya pada kalimat berikut :
(49) Ibunya sangat ramah
            S               P
(50) Ayahnya pendiam
            S                 P
Sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua atau lebih pola kalimat. Berdasarkan sifat hubungan tiap pola kalimat atau disebut juga klausa-klausa yang terdapat di dalam sebuah kalimat maka kalimat majemuk dibedakan atas kalimat majemuk setara (kalimat majemuk koordinatif) dan kalimat majemuk bertingkat (kalimat majemuk subordinatif). Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa kalimat tunggaldan kalimat-kalimat tunggal tersebut bukan merupakan perluasan dari salah satu fungsi dari kalimat tersebut serta masing-masing kalimat tunggal memiliki kedudukan yang sama, misalnya penggabungan kalimat (49) dan (50) menjadi kalimat Ibunya sangat ramah dan bapaknya pendiam. Pada kalimat  
tersebut dapat dua buah klausa yang memiliki kedudukan yang sama. Klausa-klausa tersebut dihubungkan dengan konjungsi dan. Selain konjungsi dan masih ada beberapa konjungsi yang digunakan untuk membentuk kalimat majemuk setara, yaitu seperti, tetapi, atau, lalu. Akan tetapi, tak jarang hubungan antara klausa dalam kalimat majemuk setara tanpa menggunakan konjungsi, misalnya pada kalimat:
(51) Nenekku pandai bernyanyi, kakekku pandai bermain musik, cucu-cucunya pandai menari.
Sedangkan kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat tunggal yang begian-bagiannya diperluas  sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa bagiannya diperluas sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa pola kalimat baru dan pola-pola kalimat tersebut tidak setara atau sederajat. Pembentukan kalimat majemuk bertingkat dapat dilakukan dengan cara menggunakan kata penghubung antar kalimat (sebelum, sesudah, agar, supaya, sebab, akibat, jika, jikalau, walaupun, bahwa), misalnya kalimat :
(52) Akibat hujan yang tidak berhenti selama tiga jam, Jakarta dilanda banjir.
(53) Saya akan tetap datang ke pestanya walaupun tak diundang.
Selain itu, pembentukan kalimat majemuk bertingkat dilakukan dengan cara memperluas subjek, predikat, objek atau keterangan, misalnya kalimat :
(54) Bu Ratna guru di SLTP Teladan
             S            P        Ket. Tempat
Perhatikan perluasan fungsi subjek kalimat (54) sehingga menjadi kalimat berikut ini!
Bu Ratna guru di SLTP Teladan
  S               P        Ket. Tempat
 


 Bu Ratna  yang berwibawa itu       guru     di SLTP Teladan
              S                    P                    P            Ket.tempat
Sehingga pola kalimat tersebut adalah S-P, S-P-Ket.tempat
Perluasan fungsi predikat pada kalimat (54) sehingga menjadi kalimat berikut ini :
        Bu Ratna guru di SLTP Teladan
           S               P          Ket. Tempat
               
Bu Ratna   guru  tercantik  di SLTP Teladan
     S               P       P              Ket. Tempat
Sehingga pola kalimat tersebut adalah S-P, S-P-Ket
Perluasan fungsi keterangan tempat kalimat (54) sehingga menjadi kalimat berikut ini
Bu Ratna    guru   di SLTP Teladan   yang terletak di Depok
     S              P          Ket. tempat                Ket. Tempat
Sehingga pola kalimatnya adalah S-P-Ket, S-P-Ket
Berdasarkan kkategori predikatnya, jenis kalimat dibedakan menjadi kalimat verbal  dan nonverbal. Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal, atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori verbal, misalnya kalimat :
(55) Budi merayu Hapsari
(56) Citra menikmati indahnya alam                         
Kalimat verbal dibedakan atas:
a.                            Kalimat verbal transitif, yaitu kalimat yang predikatnya berupa verbal yang biasanya diikuti oleh objek, misalnya pada kalimat (55) dan (56).
b.                           Kalimat verbal intransitif, yaitu kalimat yang predikatnya tidak memiliki objek, misalnya pada kalimat:
(57) Anita menangis.
(58) Ayah marah.
(59) Adik tertidur di lantai.
c. Kalimat aktif, yaitu kalimat yang predikatnya kata kerja aktif, misalnya kalimat :
(60) Kakek membaca koran setiap pagi.
(61) Hapsari berlari sangat kencang.
(62) Dini mencuci baju sejak subuh.
d. Kalimat pasif, yaitu kalimat yang predikatnya berupa verba pasif, misalnya kalimat:
(63) Bola ditendang Rudi.
(64) Bunga-bunga itu disiram Ratni setiap pagi.
Kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal, tetapi dapat berupa:
a.       Kata atau frase nominal, misalnya pada kalimat:
(65) Ibunya buruh pabrik.
(66) Pamannya pedagang di pasar Tanah Abang
b.      Kata atau frase adjektival, misalnya pada kalimat:
                       (67) Mukanya memerah.
                       (68) Lukanya mengering.
                       (69) Tubuhnya menghitam.
c.       Kata atau frase numeralia, misalnya pada kalimat:
                        (70) Anaknya dua orang.
                                   (71) Gajinya satu juta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar